Jumat, 28 Desember 2012

DUNIA TANPA LELAKI (sebuah cerita...)

Share on :

Mereka, empat perempuan muda yang semuanya berjilbab rapi itu mengutarakan pendapat. Dua orang ibu muda dan dua orang gadis cantik yang belum menikah. Lalu ada lagi enam orang lelaki dengan karakter dan perawakan berbeda. Mereka juga bertutur jujur perihal isi kepala mereka tentang tempat itu.
“Mengerikan. Siapa yang sok jagoan akan habis tersiksa fisik dan psikis. Semuanya serba menakutkan. Ada satu kepala suku yang menindas semua yang tidak mengikuti aturannya. Mungkin jika kita berada disana, silahkan menentukan sikap. Jika ingin jahat, andalkan kekuatanmu dan kalahkan semuanya. Tapi jika ingin tenang tanpa gangguan, diam dan konsisten saja dengan kebaikanmu..”, lelaki pertama bersuara.
“Penjaga disana mata duitan. Di tempat itu semua bisa dibeli. Bahkan mereka membeli kebebasan!”, begitu pendapat lelaki kedua.
“Tempat itu keras bagi yang lemah. Mereka punya hukum rimba, dimana yang terkuatlah yang jadi pemenang. Rata-rata mereka yang ada disana bermental keras..”, tegas lelaki ketiga.
“Tempat yang sangat tidak menyenangkan. Menakutkan, dan kejam. Keadaan disana memaksa mereka untuk berbuat jahat..”, lelaki keempat berkata datar.
“Pasti sangat tidak nyaman berada disana. Jauh dari apapun, terisolasi, kehidupan jelas tidak menentu. Tempat yang berisi orang-orang jahat yang tentu saja akan menimbulkan banyak konflik..”, jelas lelaki kelima.
“Tempat yang selalu berkonotasi buruk dan bobrok. Tapi mungkin ada beberapa diantara mereka yang singgah kesana, menganggap tempat itu adalah sebuah sekolah. Nah, jika mereka menamatkan sekolah disana sampai jadi professor, tentu disanalah tabir hikmah terkuak..”, tatanan kata itu berasal dari perempuan pertama.
“Tempat itu adalah tempat orang-orang jahat. Mereka yang kaya akan menang. Fasilitas akan terpenuhi jika mereka berharta banyak..”, perempuan kedua bersuara.
“Tempat yang mengerikan. Ada beberapa diantara penguninya tidak punya hati. Tapi jika mereka punya hati, mereka pasti menggunakan tempat itu untuk merenung, belajar banyak hal. Tapi tempat itu bagus untuk mereka yang sombong dan takabur..”, tutur perempuan ketiga.
Dua pendapat terakhir dari lelaki keenam dan perempuan keempat menyita banyak perhatian. Perempuan keempat berkata singkat. “Laundry. Tempat itu adalah ruang pencucian untuk mereka yang mau membersihkan diri. Tapi bisa jadi makin kotor bagi mereka yang hanya bertumpuk saja dengan kotoran-kotoran lainnya tanpa mau membersihkan diri…”
Lalu lelaki keenam mengutarakan pendapat menariknya. “Tempat para bandar berkumpul mengatur strategi. Tempat para aktivis merenung untuk sebuah terobosan baru. Tempat yang bersalah mencuci nuraninya. Tempat instrument receh berkolaborasi meraih mimpi harta karunnya. Tempat kesemrawutan diubah menjadi regulasi undang-undang untuk konsumsi politik dan bisnis..”
Sepuluh pendapat itu mungkin saja mewakili isi otak dari seluruh manusia di muka bumi, minimal di tempat mereka menginjakkan kaki saat ini. Mereka berbicara sebatas apa yang mereka dengar dan ketahui. Mereka bertutur tentang tempat yang tak pernah mereka huni. Ya, mereka berbicara tentang Dunia Tanpa Lelaki.
Di dalam sana, dikelilingi tembok tinggi berjeruji, seorang perempuan muda menekuri mushafnya. Menamatkan lembar demi lembar untaian huruf yang membentuk indahnya Firman Allah. Di dalam sana, seorang ibu melipat mukenahnya dengan mata sembab sehabis mendoakan suami dan anak-anaknya yang kini harus melewatkan sang kala tanpa dirinya. Di antara dinginnya jeruji, seorang ibu muda menyusui anaknya yang dilahirkannya diantara sesal dan tegarnya mempertanggung jawabkan perbuatannya dan terus berdoa tanpa henti, semoga anaknya kelak akan mengangkat derajatnya, tumbuh dengan kuat meski terlahir dengan kondisi yang serba minim dari mulai edukasi sampai nutrisi. Di dalam sana, ada seorang ibu yang terus mengasah otak, membuka buku, meraup ilmu, berniat tulus, jika nanti dia bertemu kembali dengan tiga putrinya, dia akan tetap memiliki cukup ilmu untuk mendidik mereka. Disana, seorang gadis menyalin hadits dan ayat dari Al-Qur’an terjemahan, sebagai bekal untuk membentengi diri dari kesesatan yang nyata di dunia. Di dalam sana, seorang perempuan berjilbab sibuk menekuri setumpuk artikel yang dikirimkan ayahnya. Tumpukan artikel yang berisi cerita religius, kisah Nabi, Rasul dan para sahabat, juga beberapa kisah yang menggugah tentang taubatnya seorang hamba. Didalam sana, banyak perempuan bangun di sepertiga malam untuk menghadap sang Khalik. 
Dunia tanpa lelaki berisi banyak perempuan. Mereka sama seperti perempuan lainnya. Mereka juga seorang anak perempuan, seorang kakak, seorang adik, seorang istri, seorang ibu, seorang nenek yang tak henti berdzikir dan berdo’a, merunut kata mengucap sesal, memohon dibukanya pintu taubat.
Dunia tanpa lelaki adalah ruang bertemunya Sang Khalik dengan mahkluknya. Dunia tanpa lelaki adalah sarana seorang hamba mencari lagi cinta Sang Pencipta setelah sempat terlempar jauh dari koridor-Nya. Dunia tanpa lelaki adalah sarana eskalasi sisi religi, meraih Ridho Ilahi, bagi mereka yang menyadari, menyesali dan berupaya membuka nurani…
Di dunia tanpa lelaki, perempuan-perempuan itu mempunyai kemufakatan untuk beberapa hal :
Tempat ini boleh dianggap sebuah kehinaan di mata banyak orang, tapi kami berdo’a dan berusaha menjadikannya sarana untuk mencapai kemuliaan di mata Allah SWT.
Orang-orang boleh menganggap kami manusia yang bersalah dan layak dihukum seberat-beratnya. Tapi kami berkeyakinan bahwa kami justru orang-orang beruntung yang dipilih Allah untuk diuji dan diperingatkan agar kembali ke jalan-Nya.
Kami menyepakati kata pepatah : Orang bijak bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, melainkan orang yang mampu belajar dari kesalahan, memperbaikinya dan menjadi orang yang lebih baik lagi sesudahnya. Aamiin..
Singgahlah sebentar di dunia tanpa lelaki, dan anda akan memahami dan memaknai bagaimana menata hati. Sesal menjadi taubat, dendam menjadi ikhlas, sedih menjadi tawakkal, dan derita menjadi syukur. Bahwa sabar tak berbatas, dan kesabaran mencapai garis batas apabila kita berhenti bersabar.
Singgahlah sebentar di dunia tanpa lelaki, lihat kedalamnya, dan anda akan menyadari bahwa kita butuh gelap untuk menikmati indahnya bintang. Seperti kita juga membutuhkan kesedihan untuk meresapi indahnya kebahagiaan…

0 komentar:

Posting Komentar